Luapan Kekesalan
Saya
hanyalah perempuan muda yang belum memahami bagaimana caranya menahan perasaan
emosi . Lautan kekesalan dan endapan kekecewaan datang silih berganti melalui segelintir
manusia yang panas akan duniawi. Tuhan tidakkah cara-Mu menegurku terkesan
begitu mendalam?.
Teringat
ketika saya duduk di dekat jendela, oh bukan jendela tetapi lemari yang dihiasi
oleh buku-buku. Imajinasi seorang pemimpi menari-nari sembari menyisakkan jejak
untuk diwujudkan esok hari. Bertumbuh kebahagiaan, dan bertaburan pemikiran
positif yang kemudian memunculkan adrenalin di waktu yang bersamaan. Sulit rasanya
mencari oksigen dikala debu-debu terus terbang di udara. Lalu, dimanakah dirimu
berada ?
Ada
beberapa diantara akedimisi mencari cara menulis setiap kata demi kata dan
melaju sehingga lupa bahwa ada tempat untuk bersandar. Tetapi mereka terus
berlayar lalu menerjang ombak. Dan tak sadar hanyut bersama ombak. Sama hal nya
dengan belajar berselancar. Semua tidak serta merta instan dan cepat. Karena
mie instan pun butuh air mendidih sebelum disajikan.
Bagimu
yang kini berada tepat pada puncak, lihatlah ke lautan. Masih banyak mereka
yang ingin terus berlatih berselancar meskipun harus mengarungi berbagai
rintangan untuk menembus ombak yang ganas. Sedangkan dirimu sudah memiliki
kapal pesiar. Jika nanti bertemu dipersimpangan jalan maupun ditengah laut lepas.
Maka ingatlah bahwa ada sosok manusia kecil yang berusaha mendaki sendirian.
Kemudian iya turun dari bukit dan mencari lautan tanpa tau arah. Selanjutnya Ia
terobos ombak yang ganas untuk sampai pada pulau tak bertuan.
Komentar
Posting Komentar